Pertama aku kenal dunia punk melalui jalur musik yang dikenalkan secara tidak sengaja oleh temanku sewaktu kelas 3 SMP. Musik ini mampu memacu semangatku lebih dari yang sebelumnya, walaupun pada waktu itu aku tidak tahu-menahu tentang arti harfiah dari “PUNK” itu sendiri. Musik punk pertama yang mendapat kehormatan untuk diperdengarkan oleh kupingku ini adalah nada-nada berirama cepat yang diproduksi oleh Superman is Dead (SID). Musik punk pertama dari luar negeri yang aku kenal melalui pendengaranku sendiri adalah musik sarat kontroversi dari Green Day, yaitu American Idiot. Kedua band ini membuka lembaran baru tentang proses kedewasaan dalam pencarian jati diri yang membuatku sangat takjub untuk melihat dunia yang benar-benar baru di depan mataku. Satu langkah kaki lagi dalam proses pencapaian musik yang lebih mantap dan serius.
Materi pendalaman berlangsug semenjak aku memakai seragam putih abu-abu. Di masa SMA ini aku melihat lebih terang lagi tentang keterikatan dunia punk yang dapat dengan lancar merasuki alam pikiranku. Dalam masa ini aku juga mengenal lebih banyak lagi musisi punk, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pada tanggal 16 Nopember 2006 menjadi titik awal dalam dunia bermusikku, hari tersebut menjadi sejarah untuk pertama kalinya aku dalam band Disasterpiece menyuarakan bentuk wajah punk dalam goresan nada musik. Setelah itu terbentuklah Dump Memory sebagai penerus perjuangan dari semangat ide terdahulunya. Tidak hanya disitu, musik punk mencapi puncak tertinggi pada saat aku masih kelas 1-2 SMA sebelum akhirnya kerusuhan di AJBS Food Tunnel (yang pada masanya itu dijadikan basecamp untuk perform para band punk dari kota Surabaya dan sekitarnya) pecah dan mengakibatkan kerugian yang besar dari cafe tersebut. Untungnya pada saat kerusuhan tersebut aku tidak sempat berkunjung kesana seperti biasanya dikarenakan memasuki masa ujian (masih bisa mikir pelajaran juga ya? he..he…). Perlahan tapi sangat pasti pengikut punk mulai menurun drastis setelah kejadian itu, terbukti dengan mulai sepinya pergolakan dari areal sekitar Gang Setan (GS). Tempat berkumpul para musisi punk untuk menyuarakan musiknya pada setiap sabtu malam (AJBS Food Tunnel) tidak terbit lagi alias berpindah jalur yang lebih soft. Seiring runtuhnya ideologi karena paksaan gaya hidup yang besar dari punk membuat beberapa oknum dari kalangan punk itu sendiri berpindah jalur ke yang lebih “in” di saat itu. Apa daya mereka (para punk hari ini) mencoba melawan arus tapi terbukti mereka tak kuasa untuk membendung arus tersebut, jadilah mereka terseret arus deras yang berujung pada pembunuhan karakter diri. Aku terus berdiri dan tak peduli terinjak gaya hidup untuk memperjuangkan nilai positif yang ditampilkan dari sosok kumal sebuah pemikiran yang disebut Punk.
Lebih dalam lagi tentang punk setelah masa perkenalanku dengan musiknya, sekarang unsur pembentuk punk yang utama adalah Ideologi (cara pandang/ pemikiran). Bersamaan dengan belajar mencerna alunan suara punk, aku juga sempat mempelajari asal-usul tentang punk dan arti dari semua kegilaan yang ditampilkan oleh sosok luar seorang punker. Cara hidup dan berpikir para pendahulu di dunia punk juga aku cermati dengan seksama dan meminimalkan celah negatif yang ada. Di pertengahan tahun ini secara tidak sengaja aku menemukan beberapa potongan film dokumenter dari Susan Dynner dan Todd Trana tentang punk secara keseluruhan yang berjudul PUNK NOT DEAD di Youtube. Mulai aku rakit satu-per satu dengan menggunakan windows movie maker dan jadilah film editan tangan yang beredar di kalangan sendiri. Tak diduga salah satu band pionir aliran punk melodic techno dari Bandung tampil sekilas dalam film dokumenter tersebut. Film dokumenter tersebut bercerita tentang musik, sejarah, dan pandangan hidup bangsa punk. Dirunut mulai dari sang pionir band punk Inggris, yaitu Sex Pistols yang membawa wabah dan mulai menjangkiti para pemuda Amerika melalui musik punk. Sampai terakhir adalah tentang globalisasi musik punk yang dimainkan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Ideologi tak sebatas pada mode pakaian yang ditampilkan, tapi jiwa yang berbicara lantang dan keberanian melawan arus dengan metote DIY (Do It Yourself) demi tercapainya kemandirian tanpa menggantungkan hidup pada ambang batas penindasan. Lucu setiap aku melihat mereka (oknum) yang bergaya sok Punk, tapi hanya sebatas pemanis luar saja. Dandanan punk itu memiliki makna masing-masing, mulai dari rambut mohawk sampai sepatu boots yang para punker gunakan. Semakin lucu saja kalau aku melihat personil beberapa band Indonesia yang mungkin tak tahu tentang history of punk sebelumnya, tapi dengan tekad yang bulat mereka dapat memeragakan mode dari punk yang sarat makna tersebut. Bukannya tak boleh, tapi sebaiknya mereka tahu tentang apa yang mereka kenakan tersebut agar tidak menjadi korban mode. Apakah perlu hak paten untuk mode punk saat ini? Ahh..tidak perlu segitunya, punk tidak hanya berurusan dengan dandanan rambut maupun pakaian semata, lebih dari itu Ideologi punk harus ditegakan dengan kuat dan mampu berpikir realistis dengan kondisi geografis dan kultur sekitar. Punk bukanlah suatu agama baru melainkan suatu bentuk ideologi yang mempunyai saluran distribusi berupa fashion dan musik, pembentuk cara hidup seperti ini dipelopori secara kebetulan pertama kali di Eropa oleh para gipsy (orang-orang yang bosan dengan segala bentuk kemewahan dan pergi berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari hidup baru yang bermutu). Kemudian sampailah gipsy ini di Inggris, dimana ideologi ini dikembangkan oleh para pemuda Inggris yang masih melihat aksi penindasan terhadap para pekerja kasar (buruh dan tukang bangunan) yang terus saja terjadi di negerinya hingga proses pembentukan struktur ideologi mendekati akhir yang berlangsung di Amerika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar