Kefenomenalan font Bandung Undeground mengundang banyak media untuk mengulasnya. Majalah prestisius PCWorld sempat mereview hurup Bandung Hardcore pada akhir 2010 lalu dengan judul A Great Font for the Mosh Pit. “Hurup ini penuh dengan filosofi musik underground,” ulas Kate Godfrey, editor PCWorld. Masih menurut PCWorld, penemu Bandung Hardcore sangat memahami kultur dan karakter audien yang bakal memakai hurup tersebut.
Testimoni lebih gila tentang hurup Bandung Hardcore dimuat dalam blog keren Fontasticindonesia. “Font Indonesia yang mendunia dan font ini murni buah karya anak Indonesia,” ulas blog yang kerap jadi referensi typographer domestik tersebut. Fontasticindonesia memastikan Bandung Hardcore adalah satu-satunya font yang pernah diulas oleh Majalah PCWorld.
Ketika kali pertama diunggah ke situs dafont.com, Bandung Hardcore menjadi tiga font terbaik selama tiga bulan. Pujian datang bertubi-tubi, bukan hanya dari publik lokal tapi juga dari mancanegara.
Lalu, siapakah anak Indonesia yang berada di balik font Bandung Hardcore itu? Inilah sosoknya, Gilang ‘Silet’ Purnama. Gilang memang lahir, tumbuh, dan banyak bersinggungan dengan kultur musik bawah tanah Bandung. Dan ia sangat mencintai musik hardcore. Tak heran bila Bandung Hardcore bisa dengan sangat brilian merepresentasikan spirit dunia yang dicintainya itu.
Di samping Bandung Hardcore, Gilang sebenarnya telah mencipta banyak font keren. Sampai saat ini pikiran dan tangannya sudah menelurkan sekitar 50 font. Namun, baru sebagian kecil yang dipublikasikan. Tiga di antaranya bisa diunduh secara gratis di dafont.com. Menurut rencana, situs myfonts sudah sepakat bakal menjual 15 font karya Gilang dalam satu paket.
INSPIRASI KULTUR
Banyak hal yang bisa menginspirasi Gilang ketika mencipta sebuah font. Namunn inspirasi terbesar adalah kultur. Ketika menemukan sebuah kultur baru, Gilang akan menggali lebih dalam tentang kultur tersebut. Itu pula yang ia lakukan ketika mencipta Chicano Brush. Gilang sangat menggilai kultur Chicano. Oleh karenanya, ia memiliki referensi yang cukup ketika inspirasi membuat font itu membersit di benaknya.
Hasilnya adalah sebuah font, yang menurut Gilang, penuh dengan filosofi di setiap tarikan garisnya. “Setiap elemen sampai bagian lekuk yang terkecil, penuh dengan filosofi. Saya sangat puas karena sangat menggambarkan kultur Chicano,” tutur Gilang.
Bahkan Gilang menyebut Chicano Brush sebagai karya terbaiknya selama ini. “Saya sangat bersyukur ketika font Bandung Hardcore begitu booming. Banyak yang kemudian mengenal saya. Tapi jika disuruh memilih font mana yang paling edan, saya pilih Chicano Brush. Soul font ini begitu kena,” ujarnya.
Font Bandung Hardcore tidak hanya mengangkat nama Gilang sebagai type foundry. Baginya, fenomena itu sekaligus juga memberinya sebuah penyadaran bahwa typografi adalah lahan yang sangat menantang. Tak heran bila kemudian ia berani memutuskan untuk menjadikannya sebagai spesialisasi. Kebetulan lahan ini belum banyak dijamah oleh desainer di negeri ini.
Persinggungan Gilang dengan dunia typografi terjadi secara tidak sengaja. Awalnya ia diajak gabung ke sebuah forum tempat para typografer dunia berkumpul. “Dari sana saya banyak belajar dan memahami bahwa dunia typografi itu sangat indah. Setelah itu saya terperosok jauh ke dalamnya. Firstly I am a conventional designer. Sekarang saya lebih senang disebut typografer ketimbang desainer,” tambah Silet, panggilan akrab Gilang.
Setelah menyadari dunia typografi memiliki eksotika tersendiri, Gilang kemudian mendalami ilmu tentang anatomi, kerning, dan sebagainya. Ia kemudian tahu ternyata font juga bisa mengekspresikan sesuatu. Itu pula yang ia ungkapkan lewat font Gilang Cinta Sabrina.
KONTAK
+6285659099459
http://geesucks.wordpress.com
http://geesucks.deviantart.com
gee_sucks@yahoo.com
http://www.facebook.com/gilang.purnama.jaya
http://www.fontasticindonesia.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar