Pages

Education

Featured Posts Coolbthemes

Sabtu, 16 Juli 2011

CEMETERY OF NECRONYMPH: Jejak Evolusi Auticed

BAHWA ALBUM INI HARUS BERSAING DENGAN VENOMOUS ADALAH SEBUAH FAKTA. TAPI, BAHWA ALBUM INI HIGHLY RECOMMENDED UNTUK DIBELI ADALAH FAKTA LAIN.

ALBUM perdana selalu memiliki eksotika tersendiri. Album pertama biasanya terekam jejak perjalanan seluruh fase perubahan band. Demikian halnya dengan album perdana Auticed, Cemetery of Necronymp, yang dirilis Rottrevore Records awal Juli 2011.
Secara musik, Auticed terbagi dalam tiga fase. Yakni ketika plot gitar Auticed diisi Mario, Zulfi, dan Gilang. Masing-masing gitaris menyodorkan influens tersendiri buat konstruksi deathmetal ala Auticed. Seperti jejak evolusi, Mario meninggalkan relief ketika Auticed masih mencari identitas deathmetal yang mereka mainkan. Sementara Zulfi mengokohkan jejak itu, untuk kemudian disempurnakan oleh sentuhan Gilang.
Ada jejak keringat (dan mungkin darah) perjuangan keluarga besar Auticed dalam Cemetery of Necronymph. Ya, keluarga besar, bukan hanya personel tapi juga orang-orang yang telah berjasa atas eksitensi mereka. Jejak itu mereka upayakan termanifestasi lewat konstruksi lagu demi lagu di Cemetery of Necronymph.
Tampak jelas, Auticed formasi termutakhir berupaya tidak menghilangkan jejak yang telah ditoreh personel mereka terdahulu. Seperti dalam nomor kedua, Bidadari Budak Mucikari, mereka hanya memoles aransemen agar terdengar lebih masa kini tanpa harus menghapus jejak riff gitar ala Mario.
Ekspektasi terbesar ketika pertama kali Cemetery of Necronymph berada dalam genggaman adalah menyangkut tagline musik Auticed berupa campuran antara klasik, teknikal, dan deathmetal. Siapa pun yang membeli album ini pasti mengharapkan bukti tagline ini.
Auticed tampaknya sadar akan hal itu. Buktinya, tanpa basa-basi mereka langsung menyodorkan resital gitar klasik sepanjang 1,31 menit pada sesi Intro. Sebuah appetizer yang sudah lebih dari cukup untuk membangun theater of mind menyangkut pengalaman yang bakal kita dapatkan selama mengkonsumsi Cemetery of Necronymph.
Tapi, setelah intro itu, ekspektasi kita sedikit melenceng karena di nomor berikutnya Auticed menaruh Bidadari Budak Mucikari. Bagi yang sudah mengetahui sepak terjang Auticed sejak awal, nomor ini pasti tidak asing lagi. Inilah nomor paling klasik dari Auticed. Diciptakan ketika posisi vokal band ini masih ditempati Awinx.
Auticed seolah hendak mengingatkan kita agar sedikit bersabar, karena masih menempatkan nomor komposisi deathmetal murni di lagu ketiga, How Existance Could be Cherised.
Tensi mulai menanjak ketika masuk lagu keempat, Another Day Another Victim. Inilah salah satu lagu yang layak dijadikan jagoan di Cemetery of Necronymph. Bagi mereka yang belum pernah mendengar lagu ini sebelumnya, pasti akan terkejut ketika Another Day Another Victim menginjak detik ke-50. Kita tiba-tiba dijebak oleh sebuah bar berupa resital gitar klasik yang sangat catchy. Sebuah resital dengan tekstur yang tidak terlalu asing buat mereka yang gemar mendengarkan lagu-lagu klasik model Chopin atau Bach. Lewat nomor Another Day Another Victim, Auticed sepertinya hendak meneguhkan bahwa tagline classic technical deathmetal bukan semata-mata untuk gaya-gayaan.
Untuk dua nomor berikutnya, Aku Masih di Surga dan Jala Hitam Ksatria, rasanya testimoni harus dikembalikan kepada Familia. Silakan membangun theater of mind sendiri-sendiri menyangkut tekstur lagu yang liriknya masing-masing ditulis Awink dan Novan tersebut. Dua nomor itu adalah relief paling kentara menyangkut evolusi sekaligus perbedaan musik Auticed antara jaman pencarian dan era sekarang. Jangan salahkan juru masak jika lidah kita seperti menggigit rasa Disavowed atau Spawn of Possession ketika melahap dua nomor tersebut.
Namun, rasa itu segera punah ketika gendang telinga mulai digedor Pusara Pendosa. Lewat lagu ini kita seperti digiring untuk menapaki undakan pertama menuju klimaks dari seluruh rangkaian ritus mendengarkan Cemetery of Necronymph.
Dan dua nomor terakhir benar-benar jadi klimaks. Elizabeth Bathory mengandung bumbu unik yang sebenarnya mirip dengan yang Auticed suguhkan di lagu Another Day Another Victim. Lagi-lagi ada fill berupa resital gitar klasik. Tapi, kali ini terdengar lebih renyah, meski secara durasi lebih singkat ketimbang fill gitar klasik di Another Day Another Victim.
Yeahh… tak terasa akhirnya telinga kita dihinggapi The End of Slaughterer. Tak heran bila nomor ini ditempatkan di ujung. Ada kejutan ketika lagu menginjak menit 02,40. Dari suasana bising menderu-deru serupa gerombolan lebah pindah sarang, ke suasana senyap yang dilatarbelakangi musik abad pertengahan.
Yang lebih gila, ada suara bisikan peri di antara gesekan cello. Andai saja mendengarkan album ini seorang diri di tengah malam, nicaya buluk kuduk akan serta merta berdiri. Dan bulu kuduk itu akan tetap berdiri meski The End of Slaughterer sudah lama menghilang.
Mari bersulang buat Auticed yang telah menyusun sari pati perjalanan musik mereka selama lima tahun secara brilian ke adalam Cemetary of Necronymph. So, ambil dompet ibu kalian dari curi selembar lima puluh ribuan, lalu cari album ini!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar