Pages

Education

Featured Posts Coolbthemes

Sabtu, 16 Juli 2011

JERUSALEM: Membunuh Terbunuh

SEKERAS KEHIDUPAN KOTA JERUSALEM. SERAPAT BARIKADE KAWAT BERDURI YANG MELINTANG DI TEPI BARAT.

BAYI bernama Jerusalem pertama kali menghirup oksigen pada 1 Juli 2009. Bayi itu lahir di tangan Mhot, Aceng, dan Dono. Namun, ayunan langkah bayi bernama Jerusalem sempat terganggu saat Dono memutuskan hengkang. Untungnya mereka segera menemukan Doni dan Obby untuk mengisi slot bas dan drum.
Langkah mereka kembali tersendat kala Doni dan Obby menggarap proyek anyar. Mhot dan Aceng pun sekuat tenaga mencari pengganti, agar bayi Jerusalem tak mati prematur. Mereka kemudian menemukan Indra yang memiliki visi sama. Indra mengisi posisi drum. Sedangkan untuk posisi bas, mereka masih menggunakan additional player.
Di awal berdiri, mereka sempat ragu ketika memilih kata Jerusalem untuk nama band. Sebab, nama tersebut sudah dipakai sebuah band asal Bekasi. Bahkan mereka berpikir, di belahan dunia lain, ada pula band yang memakai kata tersebut.
Sempat berpikir untuk mencari nama lain, akhirnya merka panceg memilih kata Jerusalem. Salah satunya berkat dukungan moril dari para senior dan teman-teman sekeliling. Dukungan moril paling berharga datang dari Abaz, drumer Undergod. “Keun bae rek aya sarebu siki oge band nu ngaranna Jerusalem. Nu penting mah urangna produktif jeung konsisten. Maju terus dan bersaing secara sehat dengan band yang memiliki nama sama,” tutur Aceng, vokalis, menirukan nasehat dari seniornya tersebut.
Mereka memang kadung jatuh hati dengan kata Jerusalem. Bagi Aceng, figur yang berperan paling besar di balik kelahiran band ini, kata Jerusalem memiliki eksotika tersendiri. “Tapi, alasan paling mendasar adalah soal hati. Kami sangat respek terhadap perjuangan saudara kami di Palestina. Anggap saja pemilihan kata Jerusalem sebagai salah satu bentuk support kami terhadap perjuangan mereka,” cetus Aceng.
Bagi Aceng saparakanca, Jerusalem bukan sekadar katarsis untuk mengekspresikan seni. Lebih dari itu, Jerusalem adalah juga sebagai wahana syiar tentang nilai-nilai religi yang mereka yakini. “Kami ingin sedikit berdakwah dengan cara yang kami bisa,” kilah Aceng.
Persinggungan telinga dan batin mereka yang intens dengan lagu dari band-band macam Waking the Cadaver, Cephalotripsy, Condemned, Katalepsy, atau Abominable Putridity, sangat memengaruhi racikan musik Jerusalem. Mereka memainkan slamming guttural, tapi tidak seberat band-band di atas. Jerusalem memilih untuk mereduksi intensitas kerja jarum metronom, meski tetap terdengar rapat.
Lagu berjudul Membunuh Terbunuh jadi karya pertama yang lahir dari rahim intuisi musik Jerusalem. Sebuah lagu yang cukup untuk merepresantasikan bahwa Jerusalem memang memainkan slamming guttural.
JERUSALEM
Aceng-vokal
Mhot-gitar
Indra-drum
ALIRAN
Slamming Guttural
ASAL
Ujungberung, Bandung
KONTAK
Aceng 02292717343

Tidak ada komentar:

Posting Komentar