Pages

Education

Featured Posts Coolbthemes

Kamis, 17 November 2011

DESTRUCTION dan Kebodohan di Thailand yang terulang

 
Ketika sebelumnya salah satu dari pihak panitia menyatakan bahwa Destruction mewanti-wanti agar· peristiwa konser mereka di Thailand tak terulang lagi, pada akhirnya peristiwa tersebut memang benar-benar terulang di The Green Kemang, Jakarta Selatan (1/11). Lebih parahnya, penampilan Destruction malam itu berakhir di lagu yang ke tujuh. Kualitas sound yang buruk menjadi faktor teknis utamanya. Keluaran suara dari perangkat sound system sangat tidak maksimal. Bunyi michrophone yang samar, suara gitar dan bass yang terlalu kasar, sehingga drum pun terdengar hambar.

Setelah kurang lebih 30 menit, konser legenda thrash metal asal German ini dihentikan. Gelagat yang tidak mengenakkan sebenarnya sudah muncul di awal ketika Schmier, Mike Sifringer, dan Vaaver (Wawrzyniec Dramowicz) sangat terlambat memulai aksinya. Dari mulai jadwal kedatangannya ke Indonesia yang dijadwalkan pukul 3, akan tetapi baru mendarat di pukul 7 malam, sampai ketika rencana semula diantara pukul 9 dan 10 malam dapat tampil di panggung, baru pada pukul setengah 12 malam, Destruction memulai.

Pertama-tama, Schimer sang bassis berulang-ulang mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap soundman yang mengatur bunyi microphone-nya di semenjak menyelesaikan lagu pertama. Setelah merasa begitu jengkel karena masalah michrophone yang tak kunjung teratasi juga, Schimer pada akhirnya membiarkan masalah tersebut dengan terus menghajar lagu-lagu berikutnya sambil mengumpat-ngumpat kesal. Klimaksnya, Schimer memberikan dua michrophone beserta gagangnya ke kerumunan penonton. Penonton yang bingung mau diapakan kedua microphone tersebut, mengembalikannya ke atas panggung. Kemudian Schimer menerimanya kembali dan melemparkannya ke samping, ke arah para soundman. Penonton bersorak mendukung aksi Schimer. Justru hal tersebut tampak menjadi hiburan tersendiri bagi ratusan penonton yang hampir memenuhi seluruh ruangan The Green Kemang.

meet_and_great_on_stageSeketika Schimer, Sifringer dan Vaaver terkejut ketika pihak penyelenggara beserta pemilik venue  memutuskan untuk menghidupkan seluruh lampu di ruangan sebagai tanda untuk menyudahi konser. Belum pasti alasan mengapa konser dihentikan. Akan tetapi fakta yang tersaji adalah waktu dimulainya acara yang sangat molor, dan aksi uring-uringan Schimer karena kualitas soundsystem yang buruk dengan mencemooh penyelenggara acara terutama bagian teknisi alat musik ataupun sound system.

Secara spontan, Schimer mengambil keputusan yang sangat bijak dengan melakukan meet and greet dadakan di atas panggung. “Kita mau melanjutkan acaranya, tapi mereka yang tidak mau!”, begitu pernyataan Schimer. Para penonton yang semula geram menjadi lebih tenang dan justru tampak begitu antusias dan gembira dapat berinteraksi secara langsung dengan sang legenda thrash metal 80-an tersebut.

Antara puas dan tidak puas, event besutan Vaheutz Production ini memunculkan sebuah wacana bahwa dalam penyelenggaraan sebuah event musik, keberadaan musik itu sendiri sebenarnya akan tereliminir dengan dinamika artisnya di atas panggung. Garis bawah stabilo tebal untuk para penyelenggara, agar lebih memperhatikan kesiapan jalannya suatu gelaran, agar para pembeli tiket yang sudah rela merogoh kocek-nya, klimaks total dengan suguhan tersebut dan penampil pun merasa diapresiasi dengan baik, semua akan bersinerji dengan image bangsa, kepuasan penampil bermain di Indonesia akan jadi wangi harum keseluruh penjuru dunia dan makin banyak band luar yang akan dan mau tampil di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar